Dua Srikandi, Menyemai Harapan Baru Lansia Desa Keramas

Usia boleh lanjut, tapi semangatnya justru terus tumbuh. Pagi itu, Senin (25/8) halaman Kantor Desa Keramas Kabupaten Gianyar, Bali terasa berbeda. Ada energi yang jarang kita temui semangat lansia yang tidak bisa dipadamkan. Mereka datang tidak untuk sekadar berkumpul, apalagi mengisi waktu tua dengan nostalgia. Mereka datang untuk belajar bertani, bak mahasiwi di kampus. Siapa dosennya ? Duwet dua Srikandi penyuluh pertanian sarat prestasi !

Aug 26, 2025 - 19:24
 0  97
Dua Srikandi, Menyemai Harapan Baru Lansia Desa Keramas

Dua Srikandi, Menyemai Harapan Baru Lansia Desa Keramas

“Tua, Tapi Tumbuh”

Usia boleh lanjut, tapi semangatnya justru terus tumbuh. Pagi itu, Senin (25/8) halaman Kantor Desa Keramas Kabupaten Gianyar, Bali terasa berbeda. Ada energi yang jarang kita temui semangat lansia yang tidak bisa dipadamkan. Mereka datang tidak untuk sekadar berkumpul, apalagi mengisi waktu tua dengan nostalgia. Mereka datang untuk belajar bertani, bak mahasiwi di kampus. Siapa dosennya ? Duwet dua Srikandi penyuluh pertanian sarat prestasi !

Jumlah pesertanya 30 orang. Rambut sebagian sudah memutih. Tapi wajah mereka justru merah muda bersemangat. Hari itu mereka menjadi murid. Murid pertanian.

Yang mengajar pun bukan sembarangan. Ni Nyoman Apriani, SP. Plt. Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, tampil dengan materi sederhana tapi menggelitik. Menanam dan merawat tanaman di pekarangan rumah. Ia menghidupkan konsep Sapta Usaha Tani yang ternyata bisa masuk ke halaman sempit rumah desa. Sayuran, toga (tanaman obat keluarga), sampai bunga.

Sesi berikutnya dibawakan Ni Kadek Sintya Dewi, SP. penyuluh pertanian lapangan, yang kini lagi tranding topik. Finalis penyuluh pertania berprestasi 2025 versi DPW PERHIPTANI BALI, andalan DPD PERHIPTANI Kabupaten Gianyar.  Ia bicara tentang Family Farming. Ternyata, pertanian bukan hanya soal menanam. Ini soal keluarga. Soal bagaimana kebiasaan di rumah bisa menjaga keberlanjutan. Bahkan lebih jauh, bagaimana para lansia ini bisa menjadi guru bagi cucu-cucu mereka.

Di hadapan para lansia Desa Keramas, Apriani menekankan pentingnya memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumah. "Pekarangan bukan sekadar halaman rumah. Jika dimanfaatkan dengan baik, ia bisa menjadi sumber pangan, obat, dan juga kebahagiaan keluarga. Bahkan dari lahan kecil, kita bisa menanam semangat besar."

Pesan itu kemudian disambut oleh Sintya Dewi dengan perspektif yang lebih luas, menyentuh peran keluarga dalam menjaga nilai pertanian. "Pertanian bukan hanya urusan sawah atau ladang. Pertanian adalah keluarga. Jika lansia menanam, lalu cucu ikut menyiram, maka nilai pertanian akan terus hidup di tengah masyarakat."

Suasana makin hidup ketika sesi tanya jawab dimulai. Bersemangat melontarkan pertanyaan. Ruangan kecil itu mendadak seperti kelas universitas penuh diskusi, penuh rasa ingin tahu. Bedanya, mahasiswa kali ini berusia 60 tahun ke atas.

Di tengah suasana penyuluhan yang penuh tawa dan semangat, dua sosok lansia mencuri perhatian Ibu Ida Ayu dan Ibu Ketut Seruni.

Mereka bukan sekadar peserta. Mereka seperti motor penggerak kelas pagi itu. Pertanyaan mereka meluncur tanpa henti, membuat suasana diskusi jadi lebih hidup. Dia mengaku dirumah ada Jahe Merah, Temulawak, dan tanaman hias yang juga untuk kebutuhan sembahhyang.

"Saya kira sudah terlambat untuk belajar hal baru. Ternyata tidak," ucap Ibu Ida Ayu dengan mata berbinar. "Saya senang sekali bisa tahu cara menanam sayur di pekarangan. Besok saya mau coba langsung di rumah. Siapa tahu cucu-cucu saya jadi ikut menanam juga."

Di sampingnya, Ibu Ketut Seruni menimpali sambil tersenyum lebar. "Saya suka sekali diskusinya. Rasanya seperti kembali sekolah lagi. Bedanya, sekarang yang kita pelajari itu bisa langsung bermanfaat. Saya ingin buktikan, meski sudah tua, kita tetap bisa produktif."

Keduanya seperti mewakili semangat puluhan lansia lain di Desa Keramas. Bahwa usia hanyalah angka. Bahwa belajar tidak mengenal batas. Dan bahwa pekarangan rumah bisa menjadi ruang hidup baru untuk diri sendiri, keluarga, bahkan cucu-cucu mereka.

Ada canda, ada tawa. Tapi lebih dari itu, ada keseriusan yang membungkus. Bahwa di usia senja, mereka tidak ingin berhenti. Tidak ingin hanya menjadi penonton.

Kegiatan ini mungkin terlihat sederhana. Hanya penyuluhan pertanian. Hanya di desa kecil bernama Keramas. Tapi inilah letak kekuatan bangsa dari pekarangan rumah. Dari tangan-tangan tua yang tetap bekerja. Dari semangat yang menolak mati.

Keramas memberi kita pelajaran hari itu. Bahwa semangat bertani memang tidak pernah berhenti. Dan dari pekarangan, ketahanan pangan bisa lahir.

 

What's Your Reaction?

Like Like 17
Dislike Dislike 0
Love Love 5
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 3