Mengelola Organisasi dengan Ciamik: Pembelajaran dari Petani dan Perhiptani

Penyuluh pertanian memiliki peran krusial dalam penilaian kemampuan kelas kelompok tani, tidak hanya sebagai penilai tetapi juga motivator, dinamisator, dan fasilitator. Artikel ini juga merefleksikan pentingnya manajemen organisasi bagi penyuluh, termasuk kinerja organisasi profesi seperti Perhiptani, untuk mendukung keberlanjutan pertanian.

Jul 22, 2025 - 21:37
 0  3
Mengelola Organisasi dengan Ciamik: Pembelajaran dari Petani dan Perhiptani

Menjelang akhir tahun, para penyuluh pertanian sibuk melakukan tugas yang satu ini yaitu, “penilaian kemampuan kelas kelompok tani”. Mungkin terdengar sederhana, tapi di balik proses ini ada tanggung jawab besar yang dipikul. Bayangkan saja, Anda seperti wasit yang mengawasi pertandingan sepak bola. Tugas Anda bukan hanya menentukan skor, tapi juga memastikan tim bermain dengan baik dan sesuai aturan. Nah, begitulah kira-kira peran penyuluh pertanian saat melakukan penilaian terhadap kelompok tani.

 

Kita tahu bahwa kelompok tani adalah tulang punggung dari keberhasilan sektor pertanian di Indonesia. Tapi, apakah setiap kelompok tani itu masih eksis dan mampu terus berkembang? Nah, di sinilah pentingnya penilaian tahunan ini. Ibarat motor, kelompok tani perlu di-tune up secara berkala supaya mesinnya tetap awet dan bisa terus melaju kencang. Penyuluh pertanian bertugas mengontrol, apakah kelompok tani masih kuat dan mampu meningkatkan kemampuannya.

Namun, tunggu dulu, bukan cuma tugas mengontrol saja. Penyuluh juga harus berperan sebagai motivator, dinamisator, dan fasilitator. Mirip kayak seorang pelatih bola yang harus memastikan semua pemainnya siap bertanding. Kalau kelompok tani adalah tim bola, maka penyuluh pertanian adalah coach-nya.

 

Sebagai motivator, penyuluh harus mampu membakar semangat para petani. Bukan bakar dalam arti harfiah ya, tapi membangkitkan semangat mereka untuk tetap berinovasi. Seorang penyuluh harus pandai dalam memberi dorongan positif. Sebab, terkadang yang dibutuhkan seorang petani bukan hanya pengetahuan teknis, tapi juga motivasi dan semangat. Nah, di sini pentingnya pendekatan personal. Bayangkan saja, petani kita terkadang lebih butuh curhat ketimbang penjelasan tentang pupuk. Kalau curhatnya selesai, baru deh bisa dikasih tahu soal teknik bercocok tanam yang lebih modern.

Penyuluh juga harus menjadi dinamisator. Ini berarti, penyuluh harus mampu menggerakkan kelompok tani agar terus berinovasi dan tidak stagnan. Ibaratnya, penyuluh adalah mesin penggerak yang mendorong petani untuk terus maju, tidak stuck di zona nyaman. Jangan sampai kelompok tani kita cuma jadi penonton di pertanian modern, sementara petani-petani lain sudah lari maraton. Penyuluh harus menjadi agen perubahan, yang siap mendorong para petani untuk beradaptasi dengan teknologi dan metode pertanian terbaru.

 

Terakhir, penyuluh juga berperan sebagai fasilitator. Tugas ini termasuk yang paling menantang. Menjadi fasilitator artinya penyuluh harus mampu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan kelompok tani. Mulai dari menghubungkan petani dengan pihak-pihak terkait, hingga memastikan mereka mendapatkan akses yang mudah ke berbagai sumber daya. Bayangkan, kalau penyuluh adalah guide, maka kelompok tani adalah para turis yang perlu dipandu agar tidak tersesat di belantara dunia pertanian yang semakin kompleks ini.

Selain ketiga peran di atas, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh para penyuluh, yakni pemahaman tentang manajemen organisasi. Dalam konteks ini, penyuluh harus memahami bagaimana cara mengelola kelompok tani dengan baik.

 

Penyuluh harus paham bahwa mengelola organisasi itu bukan cuma soal hadir di rapat, absen, dan mengisi notulen. Ada seni di dalamnya, mulai dari bagaimana membuat kelompok tetap kompak, bagaimana memecahkan masalah dengan bijak, hingga bagaimana membuat program kerja yang efektif. Kalau tidak, kelompok tani bisa jadi bubar sebelum panen pertama.

Sebagai penyuluh pertanian, kita juga memiliki organisasi profesi yang namanya Perhiptani. Organisasi ini bukan cuma tempat kumpul-kumpul biasa, tapi juga menjadi ajang bagi penyuluh untuk saling belajar dan berbagi pengalaman. Jika kelompok tani diibaratkan sebagai tim sepak bola, maka Perhiptani adalah asosiasi pelatihnya. Di sinilah, para penyuluh seharusnya bisa belajar banyak tentang manajemen organisasi.

 

Sekarang, coba deh kita tengok Perhiptani di Kabupaten atau Kota kita masing-masing. Kira-kira, bagaimana kinerja organisasinya? Apakah sudah masuk kategori utama atau masih terbilang pemula? Ibarat pemain bola, apakah sudah siap bertanding di liga utama atau masih harus latihan dasar dulu?

 

Ini bukan soal menyalahkan siapa-siapa, tapi lebih kepada refleksi diri. Sebagai penyuluh, kita tentunya ingin melihat Perhiptani menjadi organisasi yang solid dan dinamis, bukan stagnan dan monoton. Kalau kita saja tidak bisa mengelola organisasi dengan baik, bagaimana kita bisa memberikan contoh yang baik bagi kelompok tani?

 

Ayo, coba kita nilai DPD Perhiptani di daerah masing-masing. Sudah sampai mana perkembangan organisasinya? Masih pemula, lanjut, madya, atau sudah utama? Kalau masih di kelas pemula, jangan patah semangat. Justru ini menjadi kesempatan untuk belajar lebih banyak. Ibarat pemain bola yang baru masuk akademi, ada banyak hal yang bisa dipelajari dan diasah.

Untuk DPD Perhiptani yang sudah masuk kategori utama, jangan cepat puas dulu. Ingat, tantangan di depan semakin besar. Jadi, terus kembangkan diri dan jangan berhenti belajar. Siapa tahu, dari sini kita bisa menemukan strategi baru untuk membawa kelompok tani di daerah kita ke level yang lebih tinggi.

 

Jadi, sebagai penyuluh pertanian, tugas kita bukan sekadar menjalankan tugas formalitas. Ada misi besar yang harus kita emban, yakni memastikan bahwa kelompok tani yang kita bina bisa terus berkembang. Dan, ini tidak akan tercapai jika kita sendiri tidak terus belajar dan berkembang.

Mengelola kelompok tani dengan baik membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang manajemen organisasi. Namun, lebih dari itu, kita juga harus bisa menjadi motivator, dinamisator, dan fasilitator yang handal. Sama halnya dengan Perhiptani, yang seharusnya menjadi contoh bagi kita semua dalam mengelola organisasi dengan baik.

 

Jadi, mari kita jadikan momen penilaian kemampuan kelas kelompok tani ini sebagai ajang untuk refleksi diri. Sudahkah kita memberikan yang terbaik untuk petani? Dan, apakah kita sudah bisa mengelola organisasi kita sendiri dengan baik? Mari terus belajar dan berkembang, karena di situlah kunci kesuksesan kita sebagai penyuluh pertanian.

 

Sekian dulu, ya. Ingat, menjadi penyuluh bukan hanya soal menjalankan tugas, tapi juga soal memberikan yang terbaik untuk petani kita. Karena, di ujung hari, kesuksesan mereka adalah kebanggaan kita juga.

 

oleh: I Ketut Arya Sudiadnyana, SP.,M.Agb

Ketua Bidang Organisasi, DPW PERHIPTANI BALI 

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0