Dari Limbah Menjadi Berkah
Gede Artha, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pengkajian dan Teknologi DPD Perhiptani Kabupaten Tabanan sekaligus Anggota Bidang Informasi dan Teknologi DPW Perhiptani Bali, hari itu mengangkat inovasi Teknologi Tepat Guna yang digarapnya. Judulnya sederhana: Pemanfaatan Limbah Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Jamur. Tapi di balik kesederhanaan judul itu, tersimpan kisah perjuangan, kerja keras, dan tekad mengubah limbah menjadi berkah bagi masyarakat dan lingkungan. Menerima piala langsung dari Gubernur Bali, I Wayan Koster. Penghargaan Teknologi Tepat Guna Kategori Unggulan Tingkat Provinsi Bali Tahun 2025

I Gede Artha Sudiarsana, S.P., M.Agb. :
Dari Limbah Menjadi Berkah
Hari itu, Kamis 14 Agustus 2025 Lapangan Puputan Margarana, Renon, Denpasar.
sedang berpesta hari jadi pemerintah Provinsi Ke-67. Namun, di tengah gegap gempita, ada satu momen kecil yang membawa senyum lebar di wajah seorang pria dari Karangasem I Gede Artha Sudiarsana, S.P., M.Agb.
Ia melangkah mantap ke panggung. Menerima piala langsung dari Gubernur Bali, I Wayan Koster. Piala itu bukan sekadar logam dan kayu. Itu adalah simbol pengakuan atas kerja sunyi yang sudah ia lakukan berbulan-bulan mengubah limbah pertanian menjadi sumber rezeki baru.
Gede Artha, yang juga sebagai Ketua Bidang Pengkajian dan Teknologi DPD Perhiptani Kabupaten Tabanan, dan Anggota Bidang Informasi dan Teknologi DPW Perhiptani Bali mengankat inovasi TTG dengan judul inovasinya, Pemanfaatan Limbah Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Jamur. Tapi ceritanya tidak sesederhana itu.
Limbah pertanian di desa Pidpid, Kecamatan Abang, selama ini hanya dibakar—menjadi asap, menjadi polusi. Artha memandangnya lain. “Kenapa tidak dijadikan media tanam jamur saja?” pikirnya.
Maka, ia dan warga mulai bergerak. Mengolah limbah itu menjadi baglog jamur. Jamur tiram coklat, putih, pink, abu, bahkan kuping. Lengkap dengan teknologi: alat press untuk pemadatan media, steamer untuk sterilisasi, sehingga minim kontaminasi.
Semua ini sejalan dengan prinsip climate-smart agriculture—bertani cerdas di era perubahan iklim.
Perjalanan menuju juara tidak instan. Mulai dari seleksi makalah di DPMD Kabupaten Karangasem, lolos ke tingkat provinsi, berhadapan dengan peserta dari sembilan kabupaten/kota lainnya. Lalu mengirimkan video inovasi. Hingga 18 Maret 2025, tim penilai datang langsung ke Pidpid. Lima orang juri, dari akademisi hingga penyuluh pertanian. Semua melihat langsung bagaimana limbah bisa disulap jadi berkah.
Di sana, Artha tak sendirian. Kepala Dinas DPMD Karangasem, Camat Abang, Perbekel Desa Pidpid, bahkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas hadir. Dukungan penuh dari desa hingga kabupaten.
“Ini pelecut semangat,” katanya. Karena penghargaan bukan akhir, tapi awal untuk terus menebar manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
"Penghargaan Teknologi Tepat Guna Kategori Unggulan Tingkat Provinsi Bali Tahun 2025 ini saya dedikasikan untuk seluruh pihak yang telah mendukung dan percaya pada inovasi yang kami lakukan. Bagi saya, keberhasilan ini bukan semata-mata tentang kompetisi, melainkan tentang keberanian mengubah masalah menjadi peluang, mengolah limbah menjadi manfaat, dan memberdayakan masyarakat desa agar mandiri serta berdaya saing. Saya berharap pencapaian ini menjadi motivasi bersama untuk terus berkarya, menjaga lingkungan, dan memajukan pertanian yang cerdas iklim di Bali. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkolaborasi sejak awal hingga pencapaian ini terwujud," tutur Gede Artha yang lebih beken dipanggil Gede Jamur.
Kadang, pemenang bukan mereka yang memulai dengan modal besar. Tapi mereka yang berani melihat peluang di tempat orang lain melihat masalah. Dan Artha sudah membuktikannya. arydewi
What's Your Reaction?






