I Ketut Budiawan, S.P.: Sang Mentor Subak Sembung
Di balik riuh angin sawah Subak Sembung, terselip kisah seorang penyuluh yang menanam lebih dari sekadar padi, ia menanam pengetahuan, kesadaran, dan semangat bagi para petani Bali. Siapa dia ?
I Ketut Budiawan, S.P.:
Sang Mentor Subak Sembung
Dialah I Ketut Budiawan, S.P., sosok sederhana yang telah mengabdikan hidupnya untuk pertanian dan masyarakat. Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Udayana tahun 1999 ini menapaki perjalanan panjang sebelum akhirnya menambatkan langkah di Denpasar Utara.
Setelah menuntaskan studinya, Budiawan menyeberang ke Blitar, Jawa Timur, bergabung dengan perusahaan Sadana, yang bergerak di bidang komoditas tembakau. Selama dua tahun, ia hidup di tengah petani, bekerja dari awal tanam, panen, hingga proses pengopenan daun tembakau. Pengalaman itu mengasah nalurinya untuk memahami dunia petani dari akar rumput — bukan hanya dari teori, tapi dari keringat dan kerja keras di ladang.
Namun panggilan hatinya tidak berhenti di sana. Tahun 2001, ia kembali ke tanah kelahiran, memilih jalan pengabdian sosial dengan bergabung di NGO Ekoturin di Kubu, Karangasem. Di daerah pedalaman, ia bekerja membantu anak-anak kurang mampu di bidang pendidikan. “Saya percaya bahwa kemajuan pertanian harus berjalan seiring dengan kemajuan manusia,” ujarnya suatu ketika.
Dari tahun 2003 hingga 2006, Budiawan terlibat dalam proyek sumur bor Sustainable Development Agriculture in Buleleng Karangasem dan pertanian berkelanjutan di wilayah Buleleng dan Karangasem. Di sanalah ia semakin memahami bahwa pertanian yang baik tidak hanya tentang hasil panen, tetapi juga tentang bagaimana menjaga air, tanah, dan harmoni antara manusia dan alam.
Tahun 2007, langkah pengabdiannya berlanjut ketika ia bergabung sebagai Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) di Kota Denpasar. Penempatan pertamanya di BPP Denpasar Timur, sebelum akhirnya berpindah ke BPP Denpasar Utara wilayah yang kelak menjadi rumah bagi dedikasinya hingga hari ini.
Sejak 2014, Budiawan dipercaya membina tiga wilayah binaan, yakni Kelurahan Peguyangan, Dangin Puri Kaja, dan Dauh Puri Kaja. Di sinilah perannya sebagai mentor Subak Sembung semakin dikenal. Ia menjadi jembatan antara pengetahuan modern dan kearifan lokal subak, memastikan bahwa setiap inovasi tetap selaras dengan filosofi Tri Hita Karana — keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Hyang Widhi.
Bagi para petani, Budiawan bukan hanya penyuluh. Ia adalah sahabat. Sosok yang selalu hadir di sawah, tak segan turun tangan membantu saat petani kesulitan. “Pak Budiawan selalu datang dengan senyum dan solusi,” tutur I Made Dara Yasa, Pekaseh Subak Sembung. “Ia bukan hanya mengajar, tapi juga mendengar. Dan itu yang membuat kami hormat padanya.”
Kini, dua puluh tahun lebih setelah pertama kali menjejakkan kaki di dunia pertanian, Budiawan tetap berjalan di jalur pengabdian. Di setiap lajur pematang sawah Subak Sembung, ada jejak langkahnya. Di setiap butir padi yang tumbuh subur, tersimpan doa dan kerja keras seorang penyuluh yang percaya bahwa pertanian adalah napas kehidupan.
“Selama masih ada tanah yang bisa ditanami dan petani yang mau belajar,” katanya suatu siang di tepi subak, “maka semangat saya tidak akan pernah padam.” (Trio.B)
What's Your Reaction?
Like
1
Dislike
0
Love
0
Funny
0
Angry
0
Sad
0
Wow
0