“Harumnya Melawan Cuaca, Tetap Panen Berjuta Harapan”
Di bawah cuaca tak menentu dan serangan hama, petani bunga sedap malam di Desa Tunjuk, Tabanan, Bali tetap menjaga harum usahanya. Dengan dukungan penyuluhan pertanian, mereka menanam ketekunan, memanen harapan, dan mendorong kesejahteraan petani lokal.
“Harumnya Melawan Cuaca, Tetap Panen Berjuta Harapan”
Adalah I Nyoman Dwipayana, Ketua Kelompok Tani Bunga Kota Harum Sari, yang memimpin 22 petani di desa itu menjaga ketahanan usaha ini. Sejak lima tahun lalu, mereka setia menanam dan merawat bunga sedap malam di lahan seluas enam hektare. Meski cuaca sering tak bersahabat dan hama kutu kebul menyerang, semangat para petani tetap mekar seiring aroma bunga yang tak pernah padam.
“Kami sudah biasa menghadapi cuaca ekstrem. Kadang hasil turun, tapi semangat tidak boleh ikut layu,” ujar Dwipayana dengan senyum tenang di sela hamparan bunga yang siap panen.
Setiap rumpun sedap malam mulai berbunga pada umur tujuh bulan setelah tanam, dan bisa bertahan produktif hingga empat tahun sebelum perlu diremajakan. Dari lahan seluas 40 are, Dwipayana mampu memanen sekitar 1.500 tangkai bunga sekali petik, dengan harga jual rata-rata Rp1.700 per tangkai. Sekali panen, ia bisa meraup pendapatan sekitar Rp700 ribu hingga Rp1 juta, tergantung hasil dan kualitas bunga.
Modal yang dibutuhkan memang tidak sedikit. Untuk satu are, biaya produksi mencapai Rp1 juta hingga tanaman siap berbunga. Biaya itu meliputi bibit, pupuk, serta tenaga penyiangan yang dilakukan rutin setiap bulan. “Tenaga kerja kami rata-rata 22 orang hari (OH) per bulan, dengan upah sekitar Rp110 ribu per hari,” jelasnya.
Namun perjuangan petani tak berhenti pada perawatan. Hama kutu kebul menjadi ancaman terbesar bagi bunga sedap malam. Hama ini menyerang daun dan batang, membuat pertumbuhan tanaman terhambat dan bunga gagal mekar sempurna. Bila dibiarkan, satu musim bisa menyebabkan kerugian besar.
“Cuaca dan hama kutu kebul paling mempengaruhi hasil panen. Kalau serangan parah, bunganya kecil dan cepat rusak,” tutur Dwipayana.
Untuk mengatasi persoalan itu, para petani mendapat pendampingan dari Kadek Dwi Septiari, SP, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) BPP Tabanan, yang membina wilayah Desa Tunjuk. Ia rutin turun ke lapangan memberikan edukasi pengendalian hama terpadu dan pemupukan organik ramah lingkungan.
“Kami dampingi petani agar bisa menjaga produksi tetap stabil meski cuaca sulit diprediksi. Kuncinya ada di perawatan dan pengendalian hama alami,” kata Kadek Dwi.
Meski tantangan datang silih berganti, pesanan bunga sedap malam dari Desa Tunjuk tak pernah sepi. Rata-rata, kelompok tani mendapat order sekitar 1.300 tangkai bunga per hari dari toko bunga dan florist di wilayah Bali. Bahkan, banyak warga yang datang langsung ke kebun untuk membeli sekaligus berfoto di antara hamparan bunga putih itu.
“Kami belum bisa pasok langsung ke hotel karena butuh kontinuitas tinggi. Untuk sementara, semua lewat florist,” terang Dwipayana.
Harum sedap malam dari Tabanan kini bukan sekadar aroma bunga, tetapi simbol ketekunan dan daya juang petani Bali. Mereka menanam kesabaran, merawat dengan cinta, dan memanen harapan dari setiap tangkai bunga yang mekar di tengah cuaca yang tak menentu.
Ke depan, kelompok tani berencana memperluas lahan tanam sekaligus meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui sistem pemupukan dan irigasi yang lebih modern. Harapannya, bunga sedap malam dari Desa Tunjuk bisa menjadi ikon hortikultura unggulan Kabupaten Tabanan serta mendorong kesejahteraan petani lokal.(Trio.B)
Koresponden Ratna Dewi DPD Perhiptani Tabanan
What's Your Reaction?
Like
5
Dislike
0
Love
0
Funny
1
Angry
0
Sad
0
Wow
0