I Putu Aditya Warman: Anak Desa Nusasakti, Bikin Pertanian Jembrana Naik Kelas

Tak banyak anak muda mau kembali ke tanah kelahiran untuk bertani. Namun, I Putu Aditya Warman justru melihat masa depan dari balik kebun kakao dan kandang ayam modern. Dari Jembrana, ia menanam harapan dan memanen masa depan pertanian Bali.

Oct 27, 2025 - 03:55
Oct 27, 2025 - 04:27
 0  45
I Putu Aditya Warman: Anak Desa Nusasakti, Bikin Pertanian Jembrana Naik Kelas

I Putu Aditya Warman:

Anak Desa Nusasakti, Bikin Pertanian Jembrana Naik Kelas

Di tengah tantangan dunia pertanian yang kian kompleks, sosok muda asal Jembrana ini hadir membawa optimisme baru. Ia adalah I Putu Aditya Warman, S.P., pemuda asal Dusun Nusasakti, Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, yang memilih jalan hidup tak biasa bagi generasinya, menjadi petani dan peternak modern.

Sejak kecil, Aditya sudah akrab dengan lumpur sawah dan aroma tanah. Terlahir dari keluarga petani turun-temurun, kecintaannya terhadap dunia pertanian tumbuh seiring waktu. Lulusan S1 Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana tahun 2021 ini menegaskan, menjadi petani bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga bentuk pengabdian. “Petani itu pekerjaan mulia. Yang terpenting, kita adalah bos di usaha kita sendiri,” ujarnya bersemangat.

Menggabungkan Tradisi dan Inovasi

Kini Aditya mengelola perkebunan kakao seluas 1 hektare, sawah 70 are, peternakan kambing 20 ekor, serta peternakan ayam broiler berkapasitas 32.000 ekor melalui kemitraan dengan PT Charoen Pokphand. Kesibukan tak membuatnya kewalahan. Ia menata waktu dengan rapi antara urusan lapangan dan administrasi. “Semua sudah saya manajemen dengan baik. Kuncinya disiplin dan tanggung jawab,” ujarnya.

Ia tak ingin terjebak pada cara lama. Untuk peternakan ayam, ia menggunakan sistem kandang modern close house. Sementara di kebun kakao, ia menerapkan pertanian semi organik. Prinsipnya sederhana, hasil baik lahir dari sistem yang ramah lingkungan.

Tantangan dan Solusi Nyata

Bukan tanpa rintangan. Perubahan iklim dan keterbatasan modal menjadi tantangan utama. Namun Aditya memilih untuk tidak menyerah. Modal awal masih dikelola mandiri, sambil berencana menggandeng lembaga keuangan untuk memperluas usaha.

Untuk menjaga produktivitas kakao, ia menerapkan konsep PSPSP (Panen Sering, Pemangkasan, Sanitasi, dan Pemupukan) sebagai strategi pengendalian hama terpadu. “Saya pernah gagal panen padi karena kekurangan air. Dari situ saya belajar dan akhirnya membuat sumur bor dangkal sendiri,” kenangnya.

Bagi Aditya, keberhasilan pertanian tak bisa dicapai sendirian. Ia aktif berbagi pengalaman dan berdiskusi dengan sesama petani.

“Kita saling belajar dan mencari solusi bersama. Dampaknya positif sekali,” ujarnya.

Ia juga berharap peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) bisa lebih diperkuat. “PPL itu penerang dalam kegelapan, dari kata ‘suluh’. Idealnya, satu desa punya satu PPL agar petani bisa berkembang lebih cepat,” katanya menegaskan.

Agrowisata Kakao

Tahun 2026, Aditya menargetkan berdirinya pabrik olahan cokelat berbasis kearifan lokal Bali. Ia ingin menjadikan cokelat sebagai ikon baru Desa Nusasari dan membuka jalur agrowisata kakao di Jembrana.

“Kalau bahan mentah kita olah sendiri, nilai tambahnya jauh lebih besar. Selain meningkatkan pendapatan, kita bisa membuka lapangan kerja untuk warga sekitar,” ujarnya optimistis.

Sebagai petani muda yang telah merasakan hasil kerja kerasnya, Aditya berpesan kepada anak muda agar tak malu menekuni pertanian. “Ayo generasi muda, jangan malu jadi petani. Kalau dikelola dengan baik, hasilnya lebih dari cukup. Petani itu keren!” serunya.

Kepada pemerintah, ia berharap dukungan lebih besar dalam bentuk pelatihan teknologi modern, inovasi pertanian, dan kepastian pasar bagi produk lokal agar petani muda berani berinvestasi.

 Koresponden DND DPD Perhiptani Jembrana

 

What's Your Reaction?

Like Like 5
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0