SIBIOHUMA, Inovasi Cerdas Ubah Tanah Masam Jadi Subur

Tak semua pahlawan membawa senjata. Ada yang hanya membawa botol pupuk cair dan semangat besar memperbaiki tanah. Ia adalah Anggik, penyuluh muda Jembrana, yang dengan inovasinya—SIBIOHUMA—berhasil mengubah keraguan petani menjadi panen berlimpah.

Nov 6, 2025 - 01:09
Nov 6, 2025 - 04:43
 0  40
SIBIOHUMA, Inovasi Cerdas Ubah Tanah Masam Jadi Subur

SIBIOHUMA, Inovasi Cerdas Ubah Tanah Masam Jadi Subur

Perpaduan asam humat dan mikroorganisme lokal racikan penyuluh muda Jembrana sukses dongkrak produktivitas padi sekaligus kurangi ketergantungan pupuk kimia.

Di tengah tantangan pertanian modern yang menuntut efisiensi dan keinginan, muncullah satu terobosan yang menggugah dari Kabupaten Jembrana, Bali.
Dialah Angrea Pratsna Paramitha, SP, penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Negara, yang berhasil melahirkan inovasi SIBIOHUMA (Sinergi Bio-Organik dan Asam Humat) solusi praktis untuk menghidupkan kembali lahan pertanian masam yang lama kehilangan kesuburan.

“Bidang pertanian selalu menjadi tujuan utama dalam karir saya,” tutur Anggik, sapaan akrabnya, dengan senyum hangat.

Lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 2006 ini sempat bekerja di sektor keuangan, sebelum akhirnya mengikuti panggilan hati untuk kembali ke dunia pertanian. Pada tahun 2019, ia resmi diangkat menjadi PNS dan mulai mengabdikan diri mendampingi petani di wilayahnya.

Dari Edukasi ke Inovasi

Sebagai penyuluh, Anggik sadar betul bahwa mengubah kebiasaan petani bukanlah hal yang mudah. Banyak yang masih berpegang pada cara-cara lama dan baru percaya setelah melihat bukti nyata. Untuk itu, ia memilih pendekatan persuasif yang memberi contoh, bukan perintah. Melalui demplot dan percobaan lapangan, ia membuktikan bahwa teknologi baru bisa membawa hasil nyata.

Dari proses itu, Anggik menemukan persoalan utama. Tingginya tingkat keasaman tanah (pH di bawah 5) yang membuat unsur hara sulit diserap tanaman. Dampaknya, hasil panen padi menurun drastis.

 Lahirnya Formula SIBIOHUMA

Awalnya, ia mengajak petani beralih ke pupuk organik. Namun penggunaan pupuk padat terbukti tidak efisien karena membutuhkan volume besar dan tenaga banyak.
Dari situ, Anggik mulai bereksperimen mencari alternatif yang lebih ringan dan efektif.

Solusinya datang dari asam humat zat alami yang memiliki fungsi mirip pupuk organik namun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Asam humat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap unsur hara, dan mengaktifkan kembali mikroorganisme tanah.

Tak berhenti di situ, ia menyinergikan asam humat dengan pupuk hayati berbasis mikroorganisme fungsional, serta pupuk organik cair (POC) berbahan asam amino ikan lemuru hasil pengembangan BPP Negara.

Tiga komponen ini bersatu dalam formula SIBIOHUMA sinergi bio-organik dan asam humat yang menjadi senjata baru dalam pertanian ramah lingkungan.

Panen Melimpah, Biaya Turun

Penerapan SIBIOHUMA di lahan demplot menghasilkan angka yang mencengangkan. Produktivitas padi meningkat dari di bawah 70 kuintal gabah kering panen (GKP) per hektare menjadi 86,72 kuintal per hektare. Tak hanya hasil panen naik, dosis pupuk kimia juga bisa dikurangi hingga beberapa rekomendasi umum.

Dari segi biaya, penerapan SIBIOHUMA hanya memerlukan Rp 12,69 juta per hektar, lebih hemat dibandingkan metode konvensional yang mencapai Rp 13,75 juta.
Sementara itu, keuntungan bersih petani meningkat dari Rp 31,75 juta menjadi Rp 43,67 juta per hektare selisih Rp 11,92 juta.

“Melihat tanah kembali subur dan petani tersenyum karena hasilnya meningkat, itulah kepuasan saya,” ungkap Anggik.

Gerakan Sosial dari Sawah

Lebih dari sekadar teknologi, SIBIOHUMA menjadi gerakan sosial. Melalui pelatihan dan pendampingan berkelanjutan, Anggik berhasil menumbuhkan semangat belajar dan inovasi di kalangan petani.

Jika di awal tahun 2024 hanya satu petani yang berani mencoba, kini sudah 30 petani rutin menggunakan SIBIOHUMA, termasuk dua petani milenial yang ikut memperluas praktiknya di lahan mereka.

Bagi Anggik, inovasi bukan hanya soal angka, tetapi perubahan sikap dan keyakinan petani terhadap kemajuan pertanian.

“Menjadi penyuluh itu menyenangkan. Kita melihat perubahan langsung di lapangan dari petani yang awalnya ragu, kini berani mencoba hal baru,” ujarnya.

Menyemai Harapan Baru

Melalui SIBIOHUMA, Anggik membuktikan bahwa penyuluh pertanian bukan sekedar penyampai informasi, melainkan agen perubahan yang mampu menghidupkan kembali tanah, menyuburkan harapan, dan membawa pertanian Jembrana ke arah yang lebih berkelanjutan.Inovasi sederhana, hasil luar biasa. Dari tanah masam, lahirlah masa depan pertanian yang lebih hijau.

Kontributor: DND – DPD Perhiptani Jembrana

What's Your Reaction?

Like Like 1
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 1
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0