Inovasi Badrullah, Petani Muda Antiboros
Petani muda asal Jembrana, menciptakan inovasi hemat energi dengan memodifikasi mesin pompa air bensin menjadi gas elpiji. Efisien, ramah lingkungan, dan menginspirasi petani lain.
Inovasi Badrullah, Petani Muda Antiboros
Ubah Mesin Pompa Air Bensin Jadi Gas Elpiji, Tekan Biaya dan Dorong Pertanian Efisien di Desa
Di tengah derasnya arus modernisasi dan kian menurunnya minat generasi muda menekuni dunia pertanian, Badrullah, petani muda asal Desa Air Kuning, Kabupaten Jembrana, Bali, tampil sebagai bukti bahwa inovasi tak selalu lahir dari kota.
Dengan semangat dan keberanian bereksperimen, ia berhasil memodifikasi mesin pompa air berbahan bakar bensin menjadi gas elpiji sebuah langkah sederhana namun berdampak besar dalam meningkatkan efisiensi dan menekan biaya operasional pertanian. Langkah kecil dari desa ini membuktikan bahwa masa depan pertanian tetap bisa maju dan modern, asalkan ada kemauan untuk berinovasi.
Dari Keluarga Petani
Lulusan SMAN Mendoyo tahun 2012 telah tujuh tahun menekuni dunia pertanian. Lahir dari keluarga petani, Badrullah mengaku pekerjaan ini memberikan kebebasan berkreasi. “Kerjanya tidak ada yang mengatur, dan saya senang melihat tanaman tumbuh di pinggiran kota,” ujarnya dengan senyum khas petani muda.
Selain bertani, Badrullah juga menjalankan usaha bakso rumahan bersama sang istri. Ia mengelola sawah seluas 1,5 hektar, 20 hektar singkong, dan 30 hektar pisang, serta memelihara tujuh ekor sapi yang terdiri atas tiga indukan dan empat jantan. Untuk mendukung aktivitas di sawah, ia mengandalkan dua mesin pompa air yang kini telah dimodifikasi menjadi berbahan bakar gas elpiji.
Sebagai petani yang aktif mengelola lahan sendiri, Badrullah paham betul beratnya biaya operasional, terutama untuk bahan bakar pompa air. “Setiap kali mengairi sawah, bensin cepat habis. Dari situ saya berpikir, apa bisa pakai bahan lain yang lebih murah tapi tetap kuat?” ujarnya saat ditemui di tengah lahan.
Rasa ingin tahu itulah yang menjadi awal dari inovasinya. Setelah menonton video modifikasi mesin di YouTube, Badrullah memberanikan diri mencoba membuat versi sendiri disesuaikan dengan kondisi alat di lapangan.
Dimodif Anti Boros
Dengan modal sekitar Rp500 ribu, ia membeli komponen tambahan seperti selang regulator khusus, adaptor, dan konektor gas untuk menyalurkan elpiji ke karburator mesin. Awalnya ia sempat ragu apakah mesin mampu beroperasi dengan tekanan gas, namun setelah beberapa kali uji coba, hasilnya justru memuaskan.
“Setelah diganti gas, mesin tetap kuat, nyala stabil, dan jauh lebih irit, anti boros,” jelasnya.
Jika sebelumnya harus mengeluarkan Rp50 ribu per hari untuk bensin selama 10 jam, kini cukup Rp20 ribu untuk waktu operasi yang sama. Dalam jangka panjang, penghematan ini mencapai ratusan ribu rupiah per bulan uang yang kemudian ia alihkan untuk perawatan lahan dan pakan ternak.
Selain hemat, penggunaan gas elpiji juga lebih bersih dan ramah lingkungan. Tak ada lagi tumpahan bensin di sawah, dan emisi gas buangnya lebih rendah.
Inovasi ini sejalan dengan semangat pertanian hijau yang kini digencarkan pemerintah.
Kisah Badrullah pun menarik perhatian petani di sekitarnya. Banyak yang datang melihat langsung proses modifikasinya. “Saya senang kalau petani lain ikut pakai. Kalau sama-sama hemat, semua bisa sejahtera,” ujarnya tersenyum.
Tak berhenti pada mesin pompa, Badrullah juga mengembangkan pupuk organik cair (POC) hasil racikannya sendiri. Ia percaya, keberhasilan petani tidak hanya ditentukan oleh luas lahan, melainkan oleh cara berpikir dan kemauan beradaptasi dengan teknologi.
“Petani sekarang harus cerdas dan kreatif. Jangan takut mencoba hal baru,” ujarnya menegaskan.
Dibimbing PPL
Perjalanan Badrullah tak selalu mulus. Ia masih kerap menghadapi banjir dan serangan hama. Namun berkat pendampingan penyuluh pertanian lapangan (PPL), tantangan itu bisa diatasi. “PPL banyak membantu memberi informasi tentang hama, penyakit, dan kebutuhan subak. Kami jadi lebih siap,” katanya.
Kerja keras dan inovasi yang konsisten berbuah manis. Dalam tiga bulan, hasil panennya mencapai puluhan juta rupiah, cukup untuk membangun rumah dan membuka usaha dagang. Tak hanya itu, ia juga membantu petani sekitar dengan menjualkan gabah mereka di atas harga pasar, agar keuntungan bisa dirasakan bersama.
Harapan
Badrullah berharap semakin banyak generasi muda yang mau terjun ke dunia pertanian. “Bertani itu menyenangkan dan penuh peluang. Kalau kreatif, banyak hal bisa dikembangkan,” ujarnya optimistis.
Ia juga berpesan agar pemerintah terus mendukung petani dengan mempermudah akses pupuk bersubsidi, memperbaiki sistem irigasi, serta menambah fasilitas ibadah di area subak. Ke depan, ia bercita-cita memiliki mesin pemanen gabungan dan membangun pabrik beras sendiri, agar produksi pertanian di desanya semakin mandiri.
Dengan inovasi dan ketekunan, Badrullah membuktikan bahwa petani muda bukanlah generasi yang tertinggal. Dari hamparan sawah di Desa Air Kuning, lahirlah inspirasi tentang pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berwawasan lingkungan.
Sebuah bukti bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa tumbuh dari ide sederhana yang dimulai dengan tekad dan semangat yang besar. (Trio.B)
Kontributor: DND – DPD Perhiptani Jembrana
What's Your Reaction?
Like
0
Dislike
0
Love
0
Funny
0
Angry
0
Sad
0
Wow
0